PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN LABA-RUGI PADA PEMBUATAN KOTAK
SOUVENIR UKURAN 28X12X5 CM
DI TOKO PUSPA TANAH ABANG
JAKARTA PUSAT
Dibuat Oleh:
Vivia Surya Maulivia
(4415210139)
M. Arief Nur (4415210087)
Rizko Ramadhan (4415210115)
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCASILA
2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya Kami dapat menyelesaikan laporan “PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN LABA-RUGI PADA PEMBUATAN KOTAK
SOUVENIR UKURAN 28X12X5CM DI TOKO PUSPA TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT”. Penyusunan laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas akhir dari mata kuliah Analisis Biaya. Selain itu
tujuan dari penyusunan laporan ini juga untuk menambah wawasan tentang bagaimana
cara Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Laba Rugi pada suatu bidang usaha.
Kami menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, Kami selaku penyusun
menerima kritik dan saran agar penyusunan laporan selanjutnya menjadi lebih
baik. Untuk itu Kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta,09 Mei 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................. 2
1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................................................... 2
1.4 BATASAN MASALAH............................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................................................. 3
2.1 PENGERTIAN BIAYA............................................................................................... 3
2.2 KLASIFIKASI BIAYA............................................................................................... 4
2.3 BIAYA OVERHEAD
PABRIK.................................................................................... 5
2.4 HARGA POKOK PRODUKSI................................................................................... 6
2.5 KOMPONEN HARGA POKOK PRODUKSI........................................................... 6
2.6 MANFAAT HARGA POKOK PRODUKSI.............................................................. 7
2.7 METODE PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI....................................... 8
2.8 METODE FULL
COSTING....................................................................................... 8
2.9 LAPORAN LABA RUGI.......................................................................................... 9
BAB
III PROFIL USAHA....................................................................................................11
3.1 SEJARAH TOKO PUSPA SOUVENIR.................................................................... 11
3.2 LOKASI TOKO PUSPA SOUVENIR....................................................................... 11
3.3 VISI-MISI TOKO PUSPA SOUVENIR.................................................................... 12
3.4 PROSES PEMBUATAN PRODUK........................................................................... 12
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA............................................... 14
4.1 PENGUMPULAN DATA........................................................................................... 14
4.2 PENGOLAHAN DATA.............................................................................................. 15
4.2.1
Harga Pokok
Produksi...................................................................................... 15
4.2.2
LAPORAN LABA RUGI................................................................................ 16
BAB V KESIMPULAN........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
3.1 Lokasi Pada Maps ............................................................................................. 11
Gambar 3.2 Produk
kotak gift ukuran 28x12x5 cm............................................................ .. 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan
perusahaan pada umumnya menunjukan persaingan yang sengit dan kuat, baik
itu pada perusahaan industri maupun perusahaan jasa. Dalam hal ini biaya sangat
dibutuhkan oleh pihak manajemen dalam melaksanakan seluruh fungsi-fungsinya
untuk menjamin kesistematisan operasi dan sebagai alat untuk mengawasi
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang telah direncanakan.
Setiap bidang kegiatan
produksi pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan tersebut.
Umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah mendapatkan laba atau keuntungan
yang besar. Setiap kegiatan produksi membutuhkan biaya produksi karena biaya
produksi ditujukan untuk memperoleh nilai ekonomis produk yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, setiap perusahaan membutuhkan biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead
pabrik. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sangat penting karena
merupakan salah satu teknik untuk menerapkan kebijakan-kebijakan dalam
pembebanan oleh suatu produk.
Harga pokok produksi merupakan keseluruhan biaya produksi yang terserap
ke dalam setiap unit produk yang dihasilkan perusahaan. Secara umum biaya
produksi dibagi menjadi tiga elemen yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya produksi lainnya (Biaya Overhead Pabrik). Untuk
pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produksi yang
dihasilkan perusahaan.
Evaluasi penentuan harga pokok produksi mempunyai
peranan penting bagi perusahaan untuk membantu dalam menentukan harga jual
suatu produk, perusahaan terlebih dahulu harus menghitung harga pokok
produksinya. Hal ini mengingat bahwa harga jual ditentukan dengan menjumlah
harga pokok produksi per unit dengan tingkat laba yang diinginkan perusahaan
sehingga tanpa adanya penentuan harga pokok produksi per unit perusahaan akan
mengalami kesulitan di dalam menentukan harga jual produk yang dihasilkan.
Dan pada kesempatan kali ini, akan dibahas
salah satu Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berada di Ruko Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Usaha Kecil Menengah (UKM) ini memproduksi kotak/tempat souvenir yang biasa digunakan
untuk acara pernikahan. Nama dari toko ini adalah Toko Puspa Souvenir. Pada
makalah ini akan diketahui berapa Harga Pokok dari produksi kotak souvenir
ukuran 28x12x5 cm selama bulan Maret 2018.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana cara
menghitung harga pokok produksi yang baik dan benar?
2.
Bagaimana
cara membuat laporan laba-rugi yang baik dan benar agar pemilik usaha dapat
mengetahui kinerja usaha yang dijalaninya?
1.3
TUJUAN PENULISAN
1.
Mengetahui elemen-elemen
biaya seperti biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead produksi kotak souvenir.
2.
Menentukan Harga
Pokok Produksi kotak souvenir pada bulan Maret 2018.
3.
Membuat
Laporan Laba-Rugi toko Puspa pada bulan Maret 2018.
1.4
BATASAN MASALAH
1. Tempat pengamatan dilakukan di toko Puspa, ruko
tanah abang, Jakarta pusat
2. Objek produk yaitu kotak souvenir ukuran 28X12X5
cm
3. Perhitungan harga pokok produksi dan laporan
laba-rugi untuk bulan Maret 2018.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
PENGERTIAN BIAYA
Menurut Supriyono (1999:16)[11]
biaya merupakan harga yang
diperoleh atau dikorbankan yang digunakan dalam rangka
memperoleh penghasilan serta akan
dipakai sebagai pengurang penghasilan, selain
itu biaya juga
dikelompokkan ke dalam harga
pokok penjualan, biaya penjualan,
biaya administrasi dan umum,
biaya bunga dan
biaya pajak perseroan.
Disisi lain biaya
(cost) juga
merupakan pengeluaran-pengeluaran atau
nilai pengorbanan untuk memperoleh
barang atau jasa
yang berguna untuk masa yang
akan datang, atau
mempunyai manfaat melebihi satu
periode akuntansi tahunan (Dunia
dan Wasilah, 2011:22).[2]
Berdasarkan beberapa
pengertian tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa biaya didefinisikan ataupun diartikan
dalam dua kategori
yaitu secara sempit dan
luas. Dalam arti sempit
definisi atau pengertian biaya
adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva sedangkan
dalam arti luas definisi atau pengertian biaya merupakan
pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang yang telah terjadi
secara potensial untuk
mencapai tujuan tertentu.
Menurut Mulyadi (2005:8-9)[8]
dalam bukunya Akuntansi. Biaya definisi biaya dapat dibedakan menjadi dua
definisi dalam arti luas dan arti sempit yaitu: “Dalam arti
luas biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi
yang diukur dalam satuan
uang, yang terjadi
atau yang kemungkinan
akan terjadi untuk tujuan
tertentu. Ada empat
unsur pokok dalam
definisi biaya secara luas adalah :
1
Biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
2
Diukur
dalam satuan uang.
3
Yang
telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.
4
Pengorbanan
tersebut untuk tujuan tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit
dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan
pengertian biaya dalam arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh
aktiva ini disebut dengan istilah harga pokok”.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pada prinsipnya
pengertian biaya mencakup dua hal yaitu :
1. Biaya
merupakan pengorbanan sumber
ekonomi yang dapat
diukur dengan satuan uang,
yang terjadi atau
yang kemungkinan akan
terjadi untuk suatu tujuan tertentu.
2. Biaya
merupakan pengorbanan untuk
memperoleh suatu aktiva (barang atau jasa).
2.2
KLASIFIKASI BIAYA
Dunia dan Wasilah (2011:23)[2]
menjelaskan bahwa klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk penyampaian dan penyajian data biaya
agar berguna bagi manjemen dalam
mencapai berbagai tujuannya. Sebelum memutuskan bagaimana menghimpun dan
mengalokasikan biaya dengan baik, pihak manajemen dapat melakukan pengklasifikasian biaya
atas dasar (1) objek biaya yang terdiri
dari produk dan departemen, (2) perilaku biaya , (3) periode akuntansi dan, (4) fungsi manajemen atau jenis
kegiatan fungsional.
Bustami dan Nurlela (2006:28)[1] mengklasifikasi biaya
berdasarkan pola perilaku biaya dapat digolongkan ke dalam :
1.
Biaya
Variabel (Variable Costs)
2.
Biaya
Tetap (Fixed Costs)
3.
Biaya
Campuran (Mixed Cost)
Biaya variable adalah
biaya yang secara total berubah sebanding dengan aktivitas atau
volume produksi dalam rentang
relevan tetapi perunit
bersifat tetap. Biaya tetap
adalah biaya yang secara total tetap dalam rentang relevan (relevant range) tetapi per-unit berubah.
Biaya campuran adalah biaya yang mengandung unsur biaya tetap dan biaya
variabel.
Charles (2008:43)[3] juga
mengatakan ada tiga istilah
yang umum digunakan dalam
menggambarkan biaya
manufaktur adalah biaya
bahan langsung, biaya tenaga
kerja langsung, serta
biaya manufaktur tidak langsung.
1.
Biaya
bahan langsung (direct material costs)
adalah biaya perolehan
semua bahan yang
pada akhirnya akan menjadi
bagian dari objek
biaya (barang dalam proses
dan kemudian barang jadi) dan
yang dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara yang ekonomis.
2.
Biaya
tenaga kerja manufaktur langsung (direct
manufacturing labor costs) meliputi
kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke
objek biaya (barang dalam proses dan
kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis.
3.
Biaya
manufaktur tidak langsung (indirect
manufacturing costs) adalah seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan
objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) namun tidak dapat
ditelusuri ke objek biaya dengan cara yang ekonomis.
2.3
BIAYA OVERHEAD
PABRIK
Overhead adalah berbagai
faktor ataupun biaya produksi yang tidak langsung untuk memproduksi sebuah
produk atau menyediakan sebuah jasa. Biaya overhead
tidak memasukkan bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung,
namun biaya overhead memasukkan
bahan baku langsung dan
tenaga kerja tidak
langsung juga semua
biaya lainnya yang terjadi dalam area produksi (Raiborn dan Kinney,
2011:52).[4]
Mulyadi (2005:193)[8]
menggolongkan biaya overhead pabrik
ke dalam tiga cara penggolongan:
1.
Penggolongan
biaya overhead pabrik menurut
sifatnya. Biaya produksi yang termasuk
dalam biaya overhead pabrik
dikelompokkan menjadi beberapa
golongan, diantaranya: (1)
Biaya bahan penolong yang merupakan
bahan yang tidak menjadi bagian dari
produk jadi atau bahan yang menjadi bagian produk jadi tetapi mempunyai nilai
relatif kecil bila dibandingkan dengan hargan pokok produksi tersebut (2) biaya reparasi dan pemeliharaan
berupa biaya suku cadang, biaya bahan habis pakai dan harga perolehan jasa dari
pihak luar perusahaan untuk keperluan
perbaikan dan pemeliharaan (3) biaya tenaga kerja tidak langsung yang merupakan
biaya tenaga kerja pabrik dimana upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk dan (4) biaya
yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu, yaitu biaya-biaya yang termasuk
dalam biaya asuransi gedung, asuransi gedung,
asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan
karyawan dan biaya amortisasi kerugian trial-run
2.
Penggolongan
biaya overhead pabrik menurut
perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi. Ditinjau dari
perilaku unsur biaya overhead pabrik
dan hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan, maka biaya ini digolongkan
dalam (1) biaya overhead
variabel yang merupakan biaya overhead
yang berubah sebanding dengan perubahan volume
kegiatan (2) biaya overhead pabrik tetap yang merupakan
biaya overhead yang tidak berubah
dalam kisar perubahan volume kegiatan
dan (3) biaya overhead pabrik semi variabel yang merupakan biaya overhead
pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
3.
Penggolongan
biaya overhead pabrik menurut
hubungannya dengan departemen. Peninjauan dari hubungannya dengan departemen, biaya overhead
ini digolongkan dalam (1) biaya overhead pabrik langsung departemen yang merupakan biaya overhead pabrik yang
terjadi dalam departemen tertentu dan
manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut dan (2) biaya overhead pabrik tidak langsung departemen yang merupakan biaya
overhead pabrik dimana manfaatnya dinikmati lebih dari satu departemen
2.4
HARGA POKOK PRODUKSI
Harga
pokok produksi (Cost of goods
manufactured) adalah total
produksi biaya barang-barang yang
telah selesai dikerjakan dan ditransfer ke dalam persediaan
barang jadi selama sebulan
periode (Kinney dan Raiborn, 2011:56).[4] Selanjutnya juga
dijelaskan bahwa harga
pokok produksi merupakan kumpulam biaya
produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik yang ditambah
dengan persediaan produk dalam
proses awal serta dikurang dengan persediaan produk dalam
proses akhir (Bustami dan Nurlela, 2006:60).[1]
Kesimpulan dari beberapa pengertian tersebut bahwa harga pokok produksi
merupakan sekumpulan biaya yang dikelurkan dan diproses yang terjadi dalam
proses manufaktur ataupun memproduksi suatu barang, yang terdiri dari bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
2.5
KOMPONEN HARGA POKOK PRODUKSI
(Lasena:2013)[5]
harga pokok produksi
meliputi keseluruhan bahan langsung,
tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau
jasa. Harga pokok produksi terdiri atas tiga komponen utama, yaitu:
1
Bahan
baku langsung yang meliputi biaya pembelian bahan, potongan pembelian, biaya angkut
pembelian, biaya penyimpanan,
dan lain-lain.
2
Tenaga
kerja langsung yang meliputi semua biaya upah
karyawan yang terlibat secara langsung dalam proses
pembuatan bahan baku
menjadi barang jadi atau barang yang siap dijual.
3
Biaya
overhead pabrik meliputi
semua biaya-biaya diluar
dari biaya perolehan biaya bahan baku langsung dan upah langsung.
2.6
MANFAAT HARGA POKOK PRODUKSI
Menurut
Mulyadi (2005:65)[8] manfaat dari penentuan harga pokok produksi
secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Menentukan harga jual produk. Perusahaan yang
berproduksi massa memproses produknya
untuk memenuhi persediaan di gudang, dengan demikian biaya produksi
dihitung dalam jangka waktu tertentu untuk menghasilakan informasi biaya
produksi per satuan produk. Dalam penentuan harga jual produk, biaya produksi per-unit
merupakan salah satu data yang dipertimbangkan disamping data
biaya lain dan data non biaya.
2. Memantau realisasi biaya produksi. Manajemen
memerlukan informasi biaya produksi
yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karenamitu akuntansi biaya
digunakan untuk mengumpulkan
informasi biaya produksi
yang dikeluarkan dalam jangka
waktu tertentu untuk
memantau apakah proses produksi
mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.
3. Menghitung
laba atau rugi
bruto periode tertentu. Untuk mengetahui
apakah kegiatan produksi dan pemasaran
perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau
mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan
informasi biaya produksi
yang telah dikeluarkan untuk
memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi laba atau rugi
bruto periodik diperlukan untuk
mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya nonproduksi dan
menghasilkan laba atau rugi.
4. Menentukan
harga pokok persediaan produk jadi dan produk
dalam proses yang
disajikan dalam neraca. Pada saat manajemen dituntut untuk membuat
pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi.
Dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok
yang pada tanggal neraca masih dalam proses.
2.7
METODE PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
Mursyidi (2010:29)[10]
dalam Mangerongkonda et. al., (2014)
menyatakan penentuan harga
pokok produk adalah pembebanan unsur biaya produksi terhadap produk
yang dihasilkan dari
suatu proses produksi, artinya penentuan biaya yang melekat pada pada
produk jadi dan persedian barang dalam
proses. Dalam penentuan harga
pokok produk terdapat dua metode:
1)
Full Costing
Full costing adalah
penentuan harga pokok produk yang
memperhitungkan semua unsur
biaya produksi, yaitu
biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang bersifat
variabel maupun yang bersifat tetap.
2) Variabel Costing
Variabel
costing adalah penentuan
harga pokok produk yang hanya
memasukan unsur-unsur biaya
produksi yang bersifat variabel saja.
Berdasarkan dari
beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok
produksi merupakan total dari biaya produksi barang yang ditransfer ke barang
jadi yang meliputi beberapa biaya produk yaitu, bahan langsung, tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik.
2.8
METODE FULL
COSTING
Mulyadi (2005:17)[8] menjelaskan bahwa full
costing merupakan metode penentuan kos produksi ke dalam kos
produksi, yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik, baik
yang berperilaku variabel
maupun tetap. Dalam metode full costing, semua biaya overhead yang bersifat
tetap maupun variabel akan
dibebankan kepada produk yang
di produksi atas tarif
yang telah ditentukan dimuka
pada kapasitas normal
atau atas dasar biaya overhead pabrik yang sesungguhnya. Oleh
karena itu, biaya overhead
pabrik tetap akan
melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan juga
persediaan produk yang belum laku untuk dijual, dan baru
dianggap sebagai biaya atau unsur harga pokok penjualan jika
produk jadi tersebut telah terjual. Berikut
merupakan komponen yang
diperhitungkan dalam metode full
costing:
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja
langsung xxx
Biaya overhead pabrik
variable xxx
Biaya overhead pabrik
tetap xxx
Biaya produksi xxx
Pada
dasarnya harga pokok penjualan (istilah yang dipakai IAI) adalah segala cost yang timbul dalam rangka membuat
suatu produk menjadi siap untuk dijual. Atau dengan kalimat lain, harga pokok
penjualan adalah cost yang terlibat
dalam proses pembuatan barang atau yang bisa dihubungkan langsung dengan proses
yang membawa barang dagangan siap untuk dijual.
Mulyadi (2001:49)[7] menyatakan
jika menggunakan pendekatan full costing
dalam penentuan cost produksinya, full
cost merupakan total biaya produksi (biaya bahan baku + biaya tenaga kerja langsung
+ biaya overhead pabrik variable + biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan
total biaya non produksi (biaya administrasi & umum + biaya pemasaran).
Peneliti mengevaluasi perhitungan harga jual jepara meubel menggunakan
metode full costing. Dimana metode
tersebut menghitung semua biaya-biaya yang di keluarkan perusahaan, baik
biaya-biaya produksi maupun non produksi. Dari hasil evaluasi perhitungan harga
jual jepara meubel, maka dapat dilihat bahwa harga pokok penjualan berdasarkan
metode full costing hasilnya lebih
tinggi daripada harga pokok penjualan yang dihitung oleh perusahaan, terlihat
adanya perbedaan perhitungan harga pokok penjualan menurut perusahaan dengan
setelah dievaluasi. Ini terjadi, karena perusahaan tidak menghitung biaya listrik
dan biaya pemasaran yang termasuk dalam biaya non produksi perusahaan.
2.9
LAPORAN LABA RUGI
Laporan
laba rugi merupakan laporan prestasi perusahaan selama jangka waktu tertentu.
Tujuan utama dari
laporan laba rugi
adalah melaporkan kemampuan
perusahaan yang sebenarnya untuk
memperoleh laba.
Menurut Machfoedz
dan Mahmudi (2008:1.21)[6] laporan laba rugi (perhitungan sisa
hasil usaha) adalah laporan tentang hasil usaha/operasi perusahaan atau badan
lain selama jangka waktu periode akuntansi tertentu misalnya satu tahun.
Menurut
Munawir (2010:26)[9] laporan laba-rugi merupakan suatu laporan yang
sistematis tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu
perusahaan selama periode tertentu. Walaupun
belum ada keseragaman
tentang susunan laporan
laba-rugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya
diterapkan adalah sebagai berikut:
1
Bagian yang
pertama menunjukan penghasilan
yang diperoleh dari
usaha pokok perusahaan (penjualan
barang dagangan atau memberikan service)
diikuti dengan harga pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba
kotor.
2
Bagian kedua
menunjukan beban-beban operasional
yang terdiri dari
beban penjualan dan beban umum/administrasi (operating expenses).
3
Bagian
ketiga menunjukan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan,
yang diikuti dengan
beban-beban yang terjadi
di luar usaha
pokok perusahaan (non operating/financial income dan expenses).
4
Bagian
keempat menunjukan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba
bersih sebelum pajak pendapatan.
BAB III
PROFIL USAHA
3.1
SEJARAH TOKO PUSPA SOUVENIR
Toko Puspa Souvenir berdiri
pada bulan Maret tahun 2009. Pada awalnya toko Puspa Souvenir hanya bergerak
dalam usaha pembuatan souvenir serta jasa dekorasi seserahan untuk acara
pernikahan. Namun seiring berjalanya usaha tersebut banyak pengunjung/konsumen
yang menanyakan produk yang dapat membungkus barang souvenirnya menjadi kado
(kotak gift/kotak souvenir). Lalu Ibu
Puspa berinisiatif untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut dengan mencari
partner usaha dalam pembuatan kotak gift,
karena Ibu Puspa belum memahami tahapan dalam pembuatan kotak tersebut. Setelah
seiring berjalannya waktu, Ibu Puspa belajar dalam pembuatan kotak gift tersebut agar keuntungan nya lebih
maksimal, lalu Ibu Puspa mulai mencari karyawan untuk meningkatkan produksi
kotak gift-nya. Toko Puspa memiliki total karyawan 5 orang, 4 orang diantaranya
bekerja pada bagian pembuatan kotak souvenir, dan 1 orangnya bagian pemotongan
kertas board. Toko Puspa buka setiap hari pada jam 08.00 – 17.00, dan libur di
hari besar seperti hari raya idul fitri dan idul adha.
3.2 LOKASI TOKO PUSPA SOUVENIR
Lokasi Toko Puspa Souvenir berada
di Jalan K.H. Mas Mansyur No.6 RT.17/RW.07, Kp.Bali, Tanah Abang, Jakarta,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10250. Blok B Lt. B1 Los-H No.102-103 dan 107.
Lokasi pada peta map, dilihat pada gambar bawah ini :
Gambar 3.1 Lokasi Pada Maps
Sumber:
Google
3.3
VISI-MISI TOKO PUSPA SOUVENIR
Visi: Mewujutkan segala permintaan dari
konsumen/pembeli.
Misi: (1) Menyediakan segala keperluan konsumen
yang di perlukan.
(2) Memberikan harga yang ekonomis.
(3) Memberikan barang yang berkualitas.
(4) Mempermudah segala pengiriman barang.
(5) Memberikan layanan dengan cepat &
tanggap.
3.4
PROSES PEMBUATAN PRODUK
Dalam tugas ini, akan dibahas
tentang produksi kotak souvenir ukuran 28x12x5 cm, kotak souvenir ini biasa nya
dipergunakan pada saat seserahan acara pernikahan, kotak souvenir ini terbuat
dari bahan kertas karton board 70x65 cm, kertas wallpaper, Mika A20 (ketebalan), selotip, lem fox, lem lilin, dan
alat pemotong. Dalam pembuatan kotak souvenir, pada awalnya proses pemotongan
kertas board nya dikerjakan secara manual dengan menggunakan pisau cutter dan penggaris untuk menentukan
ukuran yang di inginkan. Kemudian toko ini melakukan pembaharuan pada proses memotong
kertas board nya, secara otomatis dengan menggunakan mesin pemotong dan mata
pisau sesuai ukuran yang di butuhkan. Akan tetapi pada saat proses pemotongan
kertas wallpapernya masih secara
manual sampai dengan saat ini.
Dalam proses penyelesaian produk kotak souvenir, dibutuhkan waktu 15-20 menit,
itu juga disesuaikan dengan ukuran produk nya. Akan tetapi pada proses
pembuatan yang produk ukurannya kecil dibutuhkan waktu yang sangat lama karena membutuhkan
ketelitian dan kesabaran dalam tahap penyelesainnya tersebut.
Tahapan dalam
pembuatan kotak souvenir 28x12x5 cm:
1.
Kita
ukur sesuai dengan orderan yang kita terima,
2.
Kemudian
selanjutnya memotong kertas board
tersebut dengan menggunakan mesin dan mata pisaunya.
3.
Bentuk
kotak seserahannya dengan menggunakan selotip kecil.
4.
Kertas
wallpapernya kita potong dengan
ukuran yg sesuai orderan yang di
terima
5.
Lalu,
kertas wallpaper di oleskan lem fox
dengan menggunakan kuas cat. Ditempelkan kertas wallpaper pada kertas bot tersebut kemudian untuk merapihkan kertas
wallpaper dengan cara pengepresan
dengan kuas penggaris.
6.
Untuk
bagian atas/tutup kotak, pada bagian tengahnya dipotong dan di masukan mika A20
, lalu direkatkan dengan lem lilin tembak.
Gambar 3.2 Produk kotak gift
ukuran 28x12x5 cm
Sumber: Pengamatan
Langsung
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1
PENGUMPULAN DATA
Berikut ini adalah catatan pembukuan Toko Puspa
Souvenir periode Maret 2018:
Persediaan awal barang jadi 28 Feb 2018 Rp.
2.000.000,00
Persediaan akhir barang jadi 31 Mar 2018 Rp.
3.221.000,00
Pembelian kertas wallpaper Rp.
4.750.000,00
Pembelian kertas board Rp.
3.000.000,00
Pembelian lem fox Rp. 1.300.000,00
Pembelian lem tembak
lilin Rp. 200.000,00
Pembelian mika Rp.
1.500.000,00
Pembelian selotip Rp. 650.000,00
Ongkos potong kertas board Rp. 300.000,00
Ongkos pembelian bahan
baku (6x) Rp. 480.000,00
Alat tembak lem lilin
(2 buah) Rp. 200.000,00
Alat mata pisau
pemotong (2 buah) Rp. 600.000,00
Biaya pemasaran (kartu
nama) Rp. 20.000,00
Upah tenaga kerja
langsung (4 orang) Rp.
2.400.000,00
Biaya sewa toko Rp. 833.000,00
Biaya listrik Rp. 100.000,00
Biaya service charge toko Rp.
200.000,00
Pendapatan Rp.
23.500.000,00
Persediaan awal bahan
baku langsung 28 Feb 2018 Rp. 5.750.000,00
Persediaan akhir bahan
baku langsung 31 Mar 2018 Rp. 2.000.000,00
4.2
PENGOLAHAN DATA
4.2.3
Harga Pokok
Produksi
Toko Puspa Souvenir
Harga Pokok Produksi
Periode Maret
2018
Biaya bahan baku langsung
Persediaan awal bahan baku langsung
Rp. 5.750.000,00
Pembelian bahan baku langsung
Kertas wallpaper Rp. 4.750.000,00
Kertas board Rp.
3.000.000,00
Lem fox Rp.
1.300.000,00
Lem tembak lilin Rp. 200.000,00
Mika Rp.
1.500.000,00
Ongkos
pembelian bahan baku Rp. 480.000,00
Jumlah pembelian bahan baku langsung
Rp. 11.230.000,00
Persediaan
akhir bahan baku langsung (Rp. 2.000.000,00)
Bahan baku langsung yang terpakai Rp. 14.980.000,00
Biaya tenaga kerja langsung Rp.
2.400.000,00
Biaya umum/overhead
Ongkos potong kertas board Rp. 300.000,00
Beban Perlengkapan
Alat tembak lem lilin Rp.
200.000,00
Mata pisau pemotong Rp. 600.000,00
Selotip Rp. 650.000,00
Biaya listrik Rp. 100.000,00
Biaya service
charge Rp. 200.000,00
Biaya sewa toko Rp.
833.000,00
Jumlah
biaya umum
Rp. 2.883.000,00
Biaya produksi
Rp. 20.263.000,00
Persediaan awal barang ½ jadi
(WIP)
Rp. 0
Persediaan akhir
barang ½ jadi (WIP) (Rp.
0)
COGM Rp. 20.263.000,00
COGM/unit =
= Rp. 20.263,00/unit
4.2.4 Laporan Laba Rugi
Toko Puspa
Souvenir
Laporan Laba Rugi
Periode Maret
2018
Pendapatan (Rp. 25.000,00 x 940 unit) Rp.23.500.000,00
Harga Pokok Penjualan
Persediaan awal barang jadi Rp. 2.000.000,00
COGM
Rp. 20.263.000,00
Persediaan akhir barang jadi (Rp. 3.221.000,00)
Harga Pokok Penjualan (Rp.19.042.000,00)
Laba Kotor
Rp. 4.458.000,00
Biaya operasi
Biaya pemasaran (Rp. 20.000,00)
Laba bersih
Rp. 4.438.000,00
BAB V
KESIMPULAN
1
Pada penjualan kotak souvenir ukuran 28x12x5 cm
didapatkan Cost Of Good Manufacture
(COGM) pada bulan Maret 2018 sebesar Rp. 20.263.000,00 dengan biaya per unit
sebesar Rp. 20.263,00
2
Pada perhitungan Laporan Laba Rugi pada bulan Maret
2018 Toko Puspa Souvenir mendapatkan Laba sebesar Rp. 4.438.000,00 dari
penjulan 940 kotak souvenir ukuran 28x12x5 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Bustami, Bastian dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya
Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu[1]
Dunia, A. Firdaus dan Wasilah, Abdullah. 2011. Akuntansi
Biaya. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat[2]
Horngren, T. Charles; Datar, Srikant M; dan Foster,
George. 2008. Akuntansi Biaya.Jilid satu. Edisi 12. Terjemahan oleh P.A.Lestari,
S.E. Jakarta. Erlangga[3]
Kesuma, Yolanda Fatrecia dan Riswan. 2014. ANALISIS
LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI DASAR DALAM PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PT. BUDI SATRIA
WAHANA MOTOR. Bandar lampung: Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 5, No. 1
Kinney, Michael R dan Raiborn, Cecily A. 2011. Akuntansi
Biaya Dasardan Perkembangan. Buku 1. Edisi 7. Jakarta: Selemba Empat[4]
Lasena, Sitty Rahmi. 2013. Analisis Penentuan Harga
Pokok Produksi Pada PT. Dimembe Nyiur Agripro. Jurnal EMBA (Jurnal Manajemen Bisnis
dan Akuntansi). (online). Vol.1, No.3 (ejournal.unsrat.ac.id). Diakses 15 Oktober
2015.[5]
Machfoedz, Mas ud dan Mahmudi. 2008. Materi Pokok
Akuntansi Manajemen. Jakarta: Universitas Terbuka[6]
Macpal, Bellinda, Jenny Morasa dan Victorina
Tirayoh. 2014. ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN BARANG PRODUKSI
PADA JEPARA MEUBEL DI KOTA BITUNG.
Manado: Jurnal EMBA. Vol.2 No.3
Maghfirah, Mifta dan Fazli Syam BZ. 2016. ANALISIS PERHITUNGAN
HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN PENERAPAN METODE FULL COSTING PADA UMKM KOTA BANDA
ACEH. Banda Aceh: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA). Vol.1,
No.2.
Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen: Konsep,
Manfaat, dan Rekayasa, Edisi Ketiga, penerbit Salemba Empat, Jakarta.[7]
Mulyadi.
2005. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Cetakan ketujuh. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.[8]
Munawir.
2010, Analisis Laporan Keuangan. Edisi keempat.Penerbit. Liberty. Yogyakarta.[9]
Mursyidi, 2010, Akuntansi Biaya: Conventional
Costing, Just Intime, dan Activity-Based Costing, Cetakan ke-2, Penerbit PT.
Refika Aditama, Bandung.[10]
Supriyono
R.A. 1999. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi ke-2. Yogyakarta. BPFE.[11]
